Adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi
yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat. Nampaknya ondel-ondel
memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak
cucunya atau penduduk suatu desa.
Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan garis tengah ± 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan warna putih. Bentuk pertunjukan ini banyak persamaannya dengan yang ada di beberapa daerah lain.
Sebenarnya Ondel-ondel adalah tokoh yang di hilangkan pada sendratari reog versi wengker dari Ponorogo
adalah tokoh sepasang mahluk halus dengan tubuh raksasa, tetapi karena
mengganggu perjalanan Singo Barong. maka dikutuklah merka menjadi Burung
gagak dan burung merak dalam bentuk raksasa pula. Namun pada
pemerintahan Batara Katong, tokoh-tokoh yang tidak terlalu penting di
hilangkan
Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh
halus yang gentayangan. Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk
menambah semarak pesta- pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu
terhormat, misalnya pada peresmian gedung yang baru selesai dibangun.
Betapapun derasnya arus modernisasi, ondel-ondel masih bertahan dan
menjadi penghias wajah kota metropolitan Jakarta.
SEJARAH
Ondel-ondel konon telah ada sebelum Islam tersebar di Jawa. Dulu
fungsinya sebagai penolak bala atau semacam azimat. Saat itu,
ondel-ondel dijadikan personifikasi leluhur penjaga kampung. Tujuannya
untuk mengusir roh-roh halus yang bergentayangan mengganggu manusia.
Oleh karena itu tidak heran kalau wujud ondel-ondel dahulu, menyeramkan
Seiring perjalanan waktu, fungsinya bergeser. pada masa Ali Sadikin
menjadi Gubernur DKI Jakarta (1966-1977), ondel-ondel menjelma menjadi
seni pertunjukan rakyat yang menghibur. Biasanya disajikan dalam acara
hajatan rakyat Betawi, penyambutan tamu kehormatan, dan penyemarak pesta
rakyat. Di beberapa daerah di Nusantara, terdapat juga pertunjukan
kesenian yang mirip ondel-ondel, seperti di Bali jenis kesenian yang
mirip ondel-ondel ini disebut dengan barong landung dan di Jawa Tengah
yang dikenal masyarakat sana dengan sebutan barongan buncis
Karena pada awalnya berfungsi sebagai personifikasi leluhur sebagai
pelindung, maka bisa dikatakan bahwa ondel-ondel termasuk ke dalam salah
satu bentuk teater tanpa tutur. ondel-ondel beraksi diiringi musik yang
khas. Musik pengiringnya sendiri tidak tentu. Bergantung
rombongan
masing-masing. Ada yang menggunakan tanjidor, yaitu kesenian orkes khas
Betawi. Ada yang diiringi dengan pencak Betawi. Dan ada juga yang
menggunakan bende, ningnong, dan rebana
ketimpring.
Layaknya manusia, Ondel-Ondel juga memiliki jenis kelamin. Tidak sulit
untuk membedakan Ondel-Ondel laki-laki dan perempuan. Biasanya, wajah
Ondel-Ondel laki-laki akan dicat dengan warna merah. Tidak hanya itu,
matanya pun dibuat melotot, ditambah dengan kumis dan senyuman yang
menyeringai.
Wajah tersebut dibuat dengan maksud menimbulkan
kesan semangat dan keberanian. Ada pula yang menganggapnya sebagai
simbol kekuatan jahat dan sangar.
Sedangkan wajah Ondel-Ondel
perempuan akan dicat dengan warna putih.
Ondel-Ondel perempuan juga
memiliki mata yang besar, namun tidak melotot. Mulutnya pun tersenyum
manis dengan riasan gincu. Itu dianggap sebagai simbol kekuatan baik dan
kesucian.
sekarang kita bisa menjumpai kesenian ini, tak perlu menunggu acara besar betawi, cukup berkunjung ke MONAS (monumen nasional)/ kota tua jakarta
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 comments:
Post a Comment