Gulalives.co, jakarta – Pantai Parangtritis terletak 27 km selatan Kota Jogja dan mudah dicapai dengan transportasi umum yang beroperasi hingga pk 17.00 maupun kendaraan pribadi. Sore menjelang matahari terbenam adalah saat terbaik untuk mengunjungi pantai paling terkenal di Yogyakarta ini. Namun bila Anda tiba lebih cepat, tak ada salahnya untuk naik ke Tebing Gembirawati di belakang pantai ini. Dari sana kita bisa melihat seluruh area Pantai Parangtritis, laut selatan, hingga ke batas cakrawala.
Dari pusat Kota Yogya, Pantai Parangtritis terletak sekitar 27 Km yang dengan mudah dapat Anda capai baik menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum yang biasanya beroperasi sampai pukul 17.00 WIB. Momen paling tepat berkunjung ke Pantai Parangtritis ialah menjelang matahari terbenam. Bersiaplah saat datang, karena suasana romantis akan segera menghadang. Kalau datang lebih siang, Anda juga dapat merasakan sensasi mendaki tebing bernama Gembirawati. Dari Tebing Gembirawati, pemandangan pantai yang berbeda akan dapat Anda saksikan. Seluruh bagian Pantai Parangtritis yang eksotis dapat Anda saksikan dari ketinggian ini.
Belum banyak orang tahu bahwa di sebelah timur tebing ini tersembunyi sebuah reruntuhan candi. Berbeda dengan candi lainnya yang terletak di daerah pegunungan, Candi Gembirawati hanya beberapa ratus meter dari bibir Pantai Parangtritis. Untuk menuju candi ini, kita bisa melewati jalan menanjak dekat Hotel Queen of the South lalu masuk ke jalan setapak ke arah barat sekitar 100 meter. Sayup-sayup gemuruh ombak laut selatan yang ganas bisa terdengar dari candi ini.
Sebagai salah satu tempat wisata yang terkenal, tentunya Pantai Parangtritis juga dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, seperti hiburan dan tentunya wisata kulinernya yang begitu khas Jogja. Selain itu, untuk masalah akomodasi tentunya di kawasan Pantai Parangtritis ini sudah ada beberapa penginapan dan hotel yang bisa anda singgahi manakala anda ingin bermalam di Pantai Parangtritis. Memang untuk hotel hotel besar hanya ada sedikit yang bisa anda temui di kawasan Pantai Parangtritis. Namun untuk hotel hotel kecil atau sekelas Guest House bisa anda temukan juga di sekitar pantai.
Pantai Parangtritis sangat lekat dengan legenda Ratu Kidul. Banyak orang Jawa percaya bahwa Pantai Parangtritis adalah gerbang kerajaan gaib Ratu Kidul yang menguasai laut selatan. Hotel Queen of the South adalah sebuah resort yang diberi nama sesuai legenda ini. Sayangnya resort ini sekarang sudah jarang buka padahal dulu memiliki pemandangan yang sanggup membuat kita menahan nafas.
Untuk menikmati romantisme ala Parangtritis, Anda cukup membayar tiket masuk dengan tarif Rp 3.000/orang tahun 2016. Jika Anda membawa kendaraan, Anda akan dikenakan biaya parkir Rp 2.000 untuk motor dan Rp 5.000 untuk mobil. Untuk menyewa wahana ATV, Anda akan dikenakan tarif Rp 50.000/15 menit pemakaian. Sedangkan untuk Bendi, tarif yang dikenakan ialah Rp 20.000/putaran.
Ketika matahari sudah condong ke barat dan cuaca cerah, tibalah saatnya untuk bersenang-senang. Meskipun pengunjung dilarang berenang, Pantai Parangtritis tidak kekurangan sarana untuk having fun. Di pinggir pantai ada persewaan ATV (All-terrain Vehicle), tarifnya sekitar Rp. 50.000 – 100.000 per setengah jam. Motor segala medan beroda 4 ini akan melesat membawa Anda melintasi gundukan pasir pantai.
Baiklah, ATV mungkin hanya cocok untuk mereka yang berjiwa petualang. Pilihan lain adalah bendi. Menyusuri permukaan pasir yang mulus disapu ombak dengan kereta kuda beroda 2 ini tak kalah menyenangkan. Bendi akan membawa kita ke ujung timur Pantai Parangtritis tempat gugusan karang begitu indah sehingga sering dijadikan spot pemotretan foto pre-wedding. Senja yang remang-remang dan bayangan matahari berwarna keemasan di permukaan air semakin membangkitkan suasana romantis.
Pantai Parangtritis juga menawarkan kegembiraan bagi mereka yang berwisata bersama keluarga. Bermain layang-layang bersama si kecil juga tak kalah menyenangkan. Angin laut yang kencang sangat membantu membuat layang-layang terbang tinggi, bahkan bila Anda belum pernah bermain layang-layang sekalipun.
Namun di balik keindahannya, ternyata pantai ini menyimpan banyak misteri yang bersifat mistis. Mulai dari misteri Kerajaan Kanjeng Ratu Kidul yang melegenda, sampai misteri ombak besarnya yang sering memakan korban. Seperti apakah misteri yang ada di sana? Yuk kita ungkap satu per satu.
Kepercayaan mistis yang paling kuat di sekitar wilayah pantai Parangtritis adalah adanya sebuah kerajaan laut yang dipimpin oleh Kanjeng Ratu Kidul.
Konon, Kanjeng Ratu Kidul, atau ada juga yang menyebutnya sebagai Nyi Roro Kidul, adalah salah satu penguasa gaib yang mengitari Kesultanan Yogyakarta. Karena itu para Sultan harus tetap menjalin komunikasi dengan penguasa laut selatan ini, dan harus meminta restu Nyi Roro Kidul dalam melaksanakan setiap kegiatan, agar semua berjalan dengan aman dan tenteram.
Nah, pantai Parangtritis dipercaya sebagai pintu gerbang menuju kerajaan gaib di laut selatan. Karenanya, di pantai Parangtritis sering dilakukan tata cara adat agar sultan bisa berkomunikasi dengan kanjeng ratu gaib tersebut.
Masih erat dengan kepercayaan adanya hubungan dengan kerajaan gaib di laut selatan, di pantai Parangtritis sering dilakukan upacara pemberian sesaji atau yang disebut dengan labuhan. Tradisi ini sendiri mulai dilakukan sejak jaman Sultan Hamengkubuwono I dan masih berlangsung hingga saat ini.
Menurut tradisi Kraton Kesultanan Yogyakarta, upacara labuhan dilakukan secara resmi dalam acara penobatan Sultan, peringatan hari Ulang Tahun Penobatan Sultan yang disebut “Tingalan Panjenengan” atau “Tingalan Dalem Panjenengan” atau “Tingalan Jumenengan” dan peringatan hari “windo” hari ulang tahun penobatan Sultan. “Windon” berarti setiap delapan tahun.
Selain dari ketiga rangka peristiwa di atas, upacara labuhan dapat juga diselenggarakan untuk memenuhi hajat tertentu dari Sri Sultan, misalnya apabila Sri Sultan menikahkan putera-puterinya.
Dengan tradisi ini, diharapkan agar kesejahteraan Sultan dan masyarakat di sekitar kesultanan tetap terjamin.
Masih erat dengan kepercayaan adanya hubungan dengan kerajaan gaib di laut selatan, di pantai Parangtritis sering dilakukan upacara pemberian sesaji atau yang disebut dengan labuhan. Tradisi ini sendiri mulai dilakukan sejak jaman Sultan Hamengkubuwono I dan masih berlangsung hingga saat ini.
Menurut tradisi Kraton Kesultanan Yogyakarta, upacara labuhan dilakukan secara resmi dalam acara penobatan Sultan, peringatan hari Ulang Tahun Penobatan Sultan yang disebut “Tingalan Panjenengan” atau “Tingalan Dalem Panjenengan” atau “Tingalan Jumenengan” dan peringatan hari “windo” hari ulang tahun penobatan Sultan. “Windon” berarti setiap delapan tahun.
Selain dari ketiga rangka peristiwa di atas, upacara labuhan dapat juga diselenggarakan untuk memenuhi hajat tertentu dari Sri Sultan, misalnya apabila Sri Sultan menikahkan putera-puterinya.
Dengan tradisi ini, diharapkan agar kesejahteraan Sultan dan masyarakat di sekitar kesultanan tetap terjamin.
Sumber :www.gulalives.co
Uploader : Septian Nugroho
0 comments:
Post a Comment