Festival Indonesia

Festival Grebeg Sudiro, Bentuk Akulturasi Kebudayaan Jawa-Tionghoa



Gerbang masuk kawasan Pasar Gedhe menyambut tahun baru Imlek.
Gerbang masuk kawasan Pasar Gedhe menyambut tahun baru Imlek.
Perkembangan Kota Solo dengan beraneka ragam budayanya semakin pesat. Berbagai event bertajuk seni dan budaya pun sering diselenggarakan. Tak heran Kota Solo yang sudah terkenal dengan sebutan Kota Budaya semakin dibanjiri wisatawan. Salah satu bentuk event rutin tahunan Kota Solo yaitu Grebeg Sudiro.
Grebeg Sudiro adalah sebuah event perayaan menyambut tahun baru Imlek yang diselenggarakan 7 hari sebelum tahun baru di kawasan Pasar Gedhe. Grebeg Sudiro merupakan bentuk akulturasi antara budaya Jawa dan Tionghoa yang menyatu padu menjadi sebuah keunikan dalam keberagaman. Grebeg merupakan tradisi khas Jawa yang biasanya diadakan untuk acara sakral seperti menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW yang biasa disebut Grebeg Mulud. Sudiro diambil dari nama kampung tempat penyelenggaraan acara, yakni Kampung Sudiroprajan di kawasan Pasar Gedhe yang terkenal dengan kampung pecinan.


Pakaian adat khas Tionghoa diperagakan oleh warga Sudiroprajan.

   Pakaian adat khas Tionghoa diperagakan oleh warga Sudiroprajan
Grebeg Sudiro yang diselenggarakan pada 3 Februari 2013 kemarin adalah tahun keenam penyelenggaraan. Dahulu, jauh sebelum ada Grebeg Sudiro, di kampung Sudiroprajan ini ada tradisi Buk Teko. Buk berarti tempat duduk di tepi jalan yang terbuat dari semen, Teko adalah tempat minum. Buk Teko adalah syukuran menyambut tahun baru Imlek yang sudah ada sejak zaman pemerintahan Sri Susuhunan Paku Buwana X.
 


Beskap Jawa yang bercorak Tionghoa, sebagai bentuk kompromi kebudayaan
  Beskap Jawa yang bercorak Tionghoa, sebagai bentuk kompromi kebudayaan.
Grebeg Sudiro yang berbentuk karnaval budaya Jawa – Tionghoa sebagai simbol toleransi dan kerukunan. Simbol-simbol itu nampak pada gunungan 4.000 kue ranjang yang dikirab dan kemudian dibagikan kepada masyarakat yang hadir. Gunungan merupakan tradisi khas Jawa, dan kue ranjang adalah produk makanan khas Tionghoa. Sajian atraksi Liong dan Barongsai beberapa juga dimainkan oleh orang Jawa. Hal ini menjadikan Grebeg Sudiro sebagai pesta penyambutan tahun baru Imlek yang bisa dinikmati dan dirasakan kebahagiaannya oleh siapa saja tanpa membedakan suku, agama dan ras. Semua menyatu dalam kebhinnekaan.
Selain makanan khas Tionghoa, iring-iringan gunungan pada Grebeg Sudiro juga menampilkan makanan khas kampung Sudiroprajan diantaranya gembukan, janggelut, bakpia Mbalong, keleman, onde-onde, dan sebagainya.

Gunungan dan Pakaian adat Jawa menjadi bagian dari pelaksanaan Grebeg Sudiro.

Gunungan dan Pakaian adat Jawa menjadi bagian dari pelaksanaan Grebeg Sudiro.
Sekadar diketahui, perayaan tahun baru Imlek di Kota Solo ini tak kalah meriah dengan perayaan tahun baru masehi. Tiap tahun semakin menarik dengan acara yang semakin seru. Jadi, siapa yang belum pernah datang ke Grebeg Sudiro? atau sekadar foto-foto dengan lampion di kawasan Pasar Gedhe? Monggo..

About Unknown

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.